PERAN dan FUNGSI MAHASISWA
Mahasiswa
dapat dikatakan sebuah komunitas unik yang berada di masyarakat, dengan
kesempatan dan kelebihan yang dimilikinya, mahasiswa mampu berada sedikit di
atas masyarakat. Mahasiswa juga belum tercekcoki oleh kepentingan-kepentingan
suatu golongan, ormas, parpol, dsb. Sehingga mahasiswa dapat dikatakan
(seharusnya) memiliki idealisme. Idealisme adalah suatu kebenaran yang diyakini
murni dari pribadi seseorang dan tidak dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal
yang dapat menggeser makna kebenaran tersebut.
Berdasarkan
berbagai potensi dan kesempatan yang dimiliki oleh mahasiswa, tidak
sepantasnyalah bila mahasiswa hanya mementingkan kebutuhan dirinya sendiri
tanpa memberikan kontribusi terhadap bangsa dan negaranya. Mahasiswa itu sudah
bukan siswa yang tugasnya hanya belajar, bukan pula rakyat, bukan pula pemerintah.
Mahasiswa memiliki tempat tersendiri di lingkungan masyarakat, namun bukan
berarti memisahkan diri dari masyarakat. Oleh karena itu perlu dirumuskan
perihal peran, fungsi, dan posisi mahasiswa untuk menentukan arah perjuangan
dan kontribusi mahasiswa tersebut.
1. Agent Of Change( Generasi Perubahan )
Mahasiswa sebagai
agen dari suatu perubahan. Artinya jika ada sesuatu yang terjadi di lingkungan sekitar dan itu salah, mahasiswa dituntut untuk merubahnya sesuai dengan
harapan sesungguhnya.
Dengan harapan bahwa
suatu hari mahasiswa dapat menggunakan disiplin ilmunya dalam membantu
pembangunan indonesia untuk menjadi lebih baik kedepannya. Mahasiswa adalah salah satu harapan suatu bangsa
agar bisa berubah ke arah lebih baik. hal ini dikarenakan mahasiswa dianggap
memiliki intelek yang cukup bagus dan cara berpikir yang lebih matang, sehingga
diharapkan mereka dapat menjadi jembatan antara rakyat dengan pemerintah.
Hal-hal yang menunjang :
·
Kesadaran Sosial (kepekaan serta kesadaran tentang kehidupan masyarakat,
mengerti keadaan yang berkenaan dengan masyarakat, perlu diadakan komunikasi)
·
Kematangan Berpikir (sudah dipikirkan (dipertimbangkan) baik-baik)
·
Sikap Intelektual
2. Social Control( Generasi Pengontrol )
Sebagai generasi
pengontorol seorang mahasiswa diharapkan mampu mengendalikan keadaan sosial
yang ada di lingkungan sekitar.Jadi, selain pintar dalam bidang akademis,
mahasiswa juga harus pintar dalam bersosialisasi dan memiliki kepekaan dengan
lingkungan. Mahasiswa
diupayakan agar mampu mengkritik,memberi saran dan memberi solusi jika keadaan
sosial bangsa sudah tidak sesuai dengan cita-cita dan tujuan bangsa,memiliki
kepekaan, kepedulian, dan kontribusi nyata terhadap masyarakat sekitar tentang
kondisi yang teraktual. Asumsi yang kita harapkan dengan perubahan kondisi
social masyarakat tentu akan berimbas pada perubahan bangsa. Intinya mahasiswa
diharapkan memiliki sense of belonging yang tinggi sehingga mampu melakukan
hal-hal yang bermanfaat bagi masyarakat. Tugas inilah yang dapat
menjadikan dirinya sebagai harapan bangsa, yaitu menjadi orang yang senantiasa
mencarikan solusi berbagai problem yang sedang menyelimuti mereka.
Hal-hal yang menunjang :
·
Kemantapan Spiritual yang stabil, aman, teguh hati, tetap tidak berubah yang
berhubungan dengan kejiwaan (rohani/batin)
Integritas Pribadi, Ketauladanan
3. Iron Stock( Generasi Penerus )
Sebagai tulang punggung bangsa di masa depan, mahasiswa diharapkan
menjadi manusia-manusia tangguh yang memiliki kemampuan dan akhlak mulia yang
nantinya dapat menggantikan generasi-generasi sebelumnya di pemerintahan kelak.
Intinya mahasiswa itu merupakan aset, cadangan, harapan bangsa untuk masa depan
bangsa Indonesia . Tak dapat dipungkiri bahwa seluruh organisasi yang ada akan
bersifat mengalir, yaitu ditandai dengan pergantian kekuasaan dari golongan tua
ke golongan muda, oleh karena itu kaderisasi harus dilakukan terus-menerus.
Dunia kampus dan kemahasiswaannya merupakan momentum kaderisasi yang sangat
sayang bila tidak dimanfaatkan bagi mereka yang
memiliki kesempatan.
Dalam hal ini mahasiswa diartikan sebagai
cadangan masa depan. Pada saat menjadi mahasiswa kita diberikan banyak
pelajaran, pengalaman yang suatu saat nanti akan kita pergunakan untuk
membangun bangsa ini.
Hal-hal yang menunjang :
·
Kemandirian (bersifat keadaan dapat berdiri sendiri; tidak bergantung pada
orang lain)
· Tanggung jawab pembelajaran diaman keadaan wajib menanggung segala sesuatunya
kalau terjadi apa-apa boleh dituntut, dipersalahkan, diperkarakan, dsb Penguasaan Iptek
4. Moral Force( Gerakan Moral )
Mahasiswa sebagai
penjaga stabilitas lingkungan masyarakat, diwajibkan untuk menjaga moral-moral
yang ada. Bila di
lingkungan sekitar terjadi hal-hal yang menyimpamg dari norma yang ada, maka
mahasiswa dituntut untuk merubah dan meluruskan kembali sesuai dengan apa yang
diharapkan. Mahasiswa sendiripun harus punya moral yang baik agar bisa menjadi
contoh bagi masyarakat dan juga harus bisa merubah ke arah yang lebih baik jika
moral bangsa sudah sangat buruk, baik melalui kritik secara diplomatis ataupun
aksi.
Hal-hal yang
menunjang :
·
Mampu terjun dalam lingkungan apapun
·
Tanggung jawab (keadaan wajib menanggung segala sesuatunya (kalau terjadi
apa-apa boleh dituntut, dipersalahkan, diperkarakan, dsb)
·
Tanggap dan kritis (segera mengetahui keadaan dan memperhatikan
sungguh-sungguh,cepat dapat mengetahui dan menyadari gejala yg timbul)
Berdasarkan tugas perguruan
tinggi yang diungkapkan M.Hatta yaitu membentuk manusisa susila dan demokrat
yang Memiliki keinsafan tanggung jawab
atas kesejahteraan masyarakat, Cakap dan mandiri dalam
memelihara dan memajukan ilmu pengetahuan,
Cakap memangku jabatan atau
pekerjaan di masyarakat Berdasarkan pemikiran M.Hatta
tersebut, dapat disederhanakan bahwa tugas perguruan tinggi adalah membentuk insan akademis,
yang selanjutnya hal tersebut akan menjadi sebuah fungsi bagi mahasiswa itu
sendiri. Insan akademis itu sendiri memiliki dua ciri yaitu : memiliki sense
of crisis, dan selalu mengembangkan dirinya. Insan akademis harus memiliki sense
of crisis yaitu peka dan kritis terhadap masalah-masalah yang terjadi di
sekitarnya saat ini. Hal ini akan tumbuh dengan sendirinya bila mahasiswa itu
mengikuti watak ilmu, yaitu selalu mencari pembenaran-pembenaran ilmiah. Dengan
mengikuti watak ilmu tersebut maka mahasiswa diharapkan dapat memahami berbagai
masalah yang terjadi dan terlebih lagi menemukan solusi-solusi yang tepat untuk
menyelesaikannya
Insan akademis harus selalu mengembangkan dirinya sehingga mereka bisa
menjadi generasi yang tanggap dan mampu menghadapi tantangan masa depan.
Dalam hal insan akademis sebagai
orang yang selalu mengikuti watak ilmu, ini juga berhubungan dengan peran
mahasiswa sebagai penjaga nilai, dimana mahasiswa harus mencari nilai-nilai
kebenaran itu sendiri, kemudian meneruskannya kepada masyarakat, dan yang
terpenting adalah menjaga nilai kebenaran tersebut.
3. Posisi
Mahasiswa
Mahasiswa dengan segala kelebihan
dan potensinya tentu saja tidak bisa disamakan dengan rakyat dalam hal perjuangan
dan kontribusi terhadap bangsa. Mahasiswa pun masih tergolong kaum idealis,
dimana keyakinan dan pemikiran mereka belum dipengarohi oleh parpol, ormas, dan
lain sebagainya. Sehingga mahasiswa dapat dikatakan
memiliki posisi diantara masyarakat dan pemerintah.
Mahasiswa dalam hal hubungan masyarakat ke pemerintah dapat berperan
sebagai kontrol politik, yaitu mengawasi dan membahas
segala pengambilan keputusan beserta keputusan-keputusan yang telah dihasilkan
sebelumnya.
Mahasiswa pun dapat berperan
sebagai penyampai aspirasi rakyat, dengan melakukan interaksi sosial dengan
masyarakat dilanjutkan dengan analisis masalah yang tepat maka diharapkan
mahasiswa mampu menyampaikan realita yang terjadi di masyarakat beserta solusi
ilmiah dan bertanggung jawab dalam menjawab berbagai masalah yang terjadi di
masyarakat.
Mahasiswa dalam hal hubungan pemerintah ke masyarakat dapat berperan
sebagai penyambung lidah pemerintah. Mahasiswa diharapkan mampu membantu menyosialisasikan berbagai kebijakan yang diambil oleh pemerintah. Tak jarang kebijakan-kebijakan pemerintah mengandung banyak salah
pengertian dari masyarakat, oleh karena itu tugas mahasiswalah yang marus “menerjemahkan” maksud dan tujuan
berbagai kebijakan kontroversial tersebut agar mudah dimengerti masyarakat.
Posisi mahasiswa cukuplah rentan, sebab mahasiswa berdiri di antara
idealisme dan realita. Tak jarang kita berat sebelah,
saat kita membela idealisme ternyata kita melihat realita masyarakat yang
semakin buruk. Saat kita berpihak pada realita, ternyata kita secara tak sadar
sudah meninggalkan idealisme kita dan juga kadang sudah meninggalkan watak ilmu
yang seharusnya kita miliki. Contoh kasusnya yang paling gampang adalah saat
terjadi penaikkan harga BBM beberapa bulan yang lalu.
Perjuangan-perjuangan yang
dilakukan mahasiswa kini sudah kehilangan esensinya, sehingga masyarakat sudah
tidak menganggapnya suatu harapan pembaruan lagi. Sedangkan golongan-golongan
atas seperti pengusaha, dokter, dsb merasa sudah
tidak ada lagi kesamaan gerakan. Perjuangan
mahasiswa kini sudah berdiri sendiri dan tidak lagi “satu nafas” bersama
rakyat.